Setiap kali melewati kota
Boyolali, dalam perjalanan Semarang menuju Solo, sering terbersit rasa heran
dalam diri saya, kenapa disebut sebagai Boyolali? Apa nama ini ada kaitannya
dengan buaya yang dalam bahasa jawa disebut Boyo dan lali yaitu pelupa. Jadi...
Boyolali ada buaya yang pelupa? Jelas pikiran saya ngawur banget. Tapi memang,
nama kota atau daerah di Indonesia biasanya selalu memiliki arti dan gabungan
dari beberapa suku kata. Dan untuk Boyolali sendiri, usut punya usut, rupanya
namanya berasal dari ucapan ki Ageng Pandan Arang.
Ki Ageng Pandan Arang
sendiri siapa? Beliau merupakan Bupati Semarang pada abad ke-16 yang diramalkan
oleh Sunan Kalijaga sebagai wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Jadi
ceritanya, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk pergi ke Sragen untuk menyebarkan
agama Islam. Dalam perjalanannya dari Semarang menuju Sragen, Ki Ageng menemui
banyak rintangan dan hambatan. Dalam
menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan
anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu
Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “
BAYAWIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”. Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI.
Kedengaran agak aneh bukan? Tapi, memang seperti
itulah, cerita atau legenda yang beredar. Sama seperti nama Salatiga yang
didapat karena di sana ada 3 kesalahan, di mana pada akhirnya Ki Ageng Pandan
Arang menamainya dengan Salatiga.
Boyolali terkenal dengan sapi perahnya serta produksi susunya.
Di sini, salah satu dari makanan khasnya adalah dodol susu. Bahannya tentu saja
berasal dari susu segar. Dodol susu ini sedang dikembangkan ibu-ibu di Dusun
Petongan, Desa Samiran, Selo, Boyolali. Harganya pun murah meriah. Siapa yang mau
coba, beli saja! :D
Selain dodol susu, kalian juga bisa menikmati makanan khas berupa jenang pecel! Jenang pecel adalah semacam modifikasi dari pecel sayuran pada umumnya. Pecel tidak lagi disajikan dengan nasi, melainkan dengan jenang. Jenang disini sebenarnya adalah bubur sumsum (yang terbuat dari tepung beras). Untuk komponen pecelnya sama saja, terdiri dari aneka macam sayuran rebus yang kemudian diguyur dengan sambal kacang. Disadur dari web tempat wisata travelensia.com