Ada begitu banyak Sastrawan di
Negara ini, tetapi mungkin hanya sedikit yang bisa menembus kancah sastra dunia.
Contoh dari beberapa sastrawan lama yang berhasil menembus dunia adalah Pramoedya
Ananta Toer. Ada pula sastrawan lain yang terkenal seperti Chairil Anwar, NH Dini,
Widji Thukul, kemudian ada juga Buya Hamka. Kalau saya boleh menyebutkan, mereka
adalah sastrawan klasik, di mana cerita tersebut tidak mengenal batasan waktu, isinya
selalu relevan terlepas dari siapa yang membaca atau di mana cerita itu diterbitkan.
Kata klasik sendiri tidak melalui mengacu pada umur karya tersebut. Di sini, klasik
mengindikasikan cerita tersebut mampu memberikan nilai resonansi yang kuat bagi
pembacanya.
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer atau sering
dipanggil dengan sebutan Pram saja, merupakan salah satu pengarang produktif yang
menorehkan prestasi di dunia sastra Indonesia. Banyak dari karangan-karangannya
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, salah satunya adalah Bumi Manusia,
buku pertama dari tetralogi pulau buru, sebuah roman yang beliau tulis ketika diasingkan
ke pulau Buru.
Beliau lahir dari seorang Ayah
yang berprofesi sebagai guru dan Ibu yang berjualan nasi. Pram dikenal sebagai penulis
yang handal, di mana tulisan-tulisannya memiliki ciri yang kuat, tegas, dan blak-blakan.
Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Medan, 22 juli 1922. Tulus adalah nama
ayahnya dan saleha ibunya. Mereka berasal dari payakumbuh, sumatera barat.
Chairil lahir dalam perantauan kedua orangtuanya ke medan. Dia bersekolah di
HIS, Medan. HIS merupakan sekolah dasar pada zaman belanda. Kemudian dia
melanjutkan ke SMP, yang ada pada Zaman penjajah dulu di sebut MULO. Di sekolah
menengah ini dia hanya duduk di kelas pendahuluan (Voorklaas) dan kelas satu, kemudian ia pindah ke jakarta pada tahun
1941, ketika berumur 19 tahun. Dia tidak tamat MULO karena kesulitan ekonomi. Sajak yang paling terkenal
dari seorang Chairil Anwar adalah sajak berjudul “Aku”.
Ada beberapa tuduhan plagiat yang pernah dialamatkan
kepada Chairil Anwar sewaktu dia masih hidup. Diberitakan bahwa sajaknya yang berjudul “Datang
Dara Hilang Dara” merupakan hasil palgiat dari sajak Hsu Chih Mo yang berjudul
“A song of the sea”. Tidak hanya itu saja yang ia contoh, tetapi juga banyak
sajak-sajak lain seperti “karawang-Bekasi” yang diambil dari sajak Archibald
MacLeish yang berjudul “ The young dead soldiers”. Demikian juga dengan sajaknya
“ kepada peminta-minta”, “Rumahku”, dan lain-lain.
Berita itu tentu saja mengejutkan dunia sastra Indonesia sehingga
timbul polemik antara yang menyerang dan mempertahankan Chairil. Namun orang-orang pun tidak dapat membantah
peranan dan jasa besar Chairil dalam sejarah sastra Indonesia.
Buya Hamka
Buya Hamka lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Meninjau,
Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981. Nama lengkapnya adalah
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, disingkat menjadi HAMKA. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat
orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang
berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati. Karya-karya Buya Hamka yang paling terkenal adalah tenggelamnya
kapal van der wijck, yang pernah dituduh Pram sebagai plagiat.