Sebelum agama islam masuk ke pulau jawa, orang-orang di negara kita pada waktu itu telah mengenal seni memahat atau pun seni mematung. Begitu pula daerah Jepara, kota yang terletak persis di pesisir utara pulau jawa. Kota itu dulunya merupakan pelabuhan besar yang menjadi pusat persinggahan kapal-kapal dagang yang berlalu-lintas di area laut jawa. Setelah agama islam masuk ke nusantara, seni memahat dan membuat patung pun mengalami perubahan
Di dalam agama Islam, dilarang untuk membuat bentuk-bentuk makhluk hidup yang mirip dengan aslinya, karena ada ayat yang menegaskan bahwa si pembuat patung-patung tersebut akan dipaksa untuk memberikan nyawa pada patung-patung ciptaannya. Sehingga, terciptalah seni-seni ukiran dengan motif-motif klasik yang sangat indah, seperti motif asli jepara.
Ukiran asli Jepara memiliki motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing. Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Selain itu, tangkai relungnya memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau hanya untuk memperindah. Selain motif Jepara, ada pula motif-motif lain seperti motif majapahit, motif bali, bahkan motif madura. Namun untuk sekarang, kebanyakan yang diproduksi adalah mebel-mebel berdesain minimalis.
Ada beberapa sentra ukir di kota ini, salah satunya adalah di mulioharjo. Di sana kita bisa menemukan barang-barang kerajinan dipajang hampir di setiap rumah. Dari patung-patung kuda yang realis sampai kursi-kursi atau meja dengan desain yang unik, contohnya adalah meja yang terbuat dari akar. Jika menyempatkan diri ke Jepara, jangan lupa beli oleh-oleh cinderamata buah tangan berupa pajangan kayu. Di sekitar daerah, sebelum tahunan, terdapat deretan toko-toko yang menjual berbagai produk kerajinan, mulai dari kaligrafi, jam, kursi, maupun pajangan-pajangan lain yang terbuat dari kayu. Harganya juga bervariasi, ada yang puluhan ribu sampai jutaan pun ada di sana.