Candi Borobudur merupakan warisan nenek moyang yang sangat
terkenal. Candi yang dibuat di sekitar abad ke-8 di masa Raja Samaratungga itu terletak
di kabupaten Magelang, di provinsi Jawa Tengah. Bentuk candi borobudur seperti piramida
berundak yang semakin lama semakin mengerucut ke atas dengan stupa-stupa hampir
berada di setiap undakannya.
Selain memiliki nilai seni yang tinggi, Borobudur juga menjadi bukti
peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat dengan nilai filosofis. Candi ini mengusung konsep mandala yang
melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini
dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia
bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu). Jika dilihat dari
ketinggian, Candi Borobudur laksana ceplok teratai di atas bukit.
Dinding-dinding candi yang berada di tingkatan Kamadatu dan Rupadatu sebagai
kelopak bunga, sedangkan deretan stupa yang melingkar di tingkat Arupadatu
menjadi benang sarinya. Stupa Induk melambangkan Sang Buddha, sehingga secara
utuh Borobudur menggambarkan Buddha yang sedang duduk di atas kelopak bunga
teratai.
Kata borobudur sendiri memiliki beragam macam makna. Versi pertama mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari
bahasa Sanskerta yaitu “bara” yang berarti “kompleks candi atau biara” dan
“beduhur” yang berarti “tinggi/di atas”. Versi kedua mengatakan bahwa nama
Sejarah Candi Borobudur kemungkinan berasal dari kata “sambharabudhara” yang
berarti “gunung yang lerengnya berteras-teras”. Versi ketiga yang ditafsirkan
oleh Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari kata
“bhoro” yang berarti “biara” atau “asrama” dan “budur” yang berarti “di atas”.
Pendapat Poerbotjoroko ini dikuatkan oleh Prof. Dr. W.F.
Stutterheim yang berpendapat bahwa Bodorbudur berarti “biara di atas sebuah
bukit”. Sedangkan, versi lainnya lagi yang dikemukakan oleh Prof. J.G. de
Casparis berdasarkan prasati Karang Tengah, menyebutkan bahwa Borobudur berasal
dari kata “bhumisambharabudhara” yang berarti “tempat pemujaan bagi arwah nenek
moyang”.
(Artikel dan
foto disusun dari berbagai sumber).