Pernah dengar nama Mie Kopyok? Mungkin
belum pernah dengar. Sudah bisa membayangkan seperti apa bentuk mie kopyok itu?
(Tolong jangan dibayangkan kalau mie kopyok itu sejenis dengan Mie yang di-kopyok-kopyok,
ya. Itu beda.). Mie Kopyok atau bisa juga disebut sebagai Mie Lontong merupakan
salah satu kuliner yang ada di Semarang. Kata kopyok sendiri merupakan istilah karena
cara memasak mie-nya yang harus di-kopyok lebih dahulu sebelum dihidangkan.
Makanan yang terdiri dari bakmi yang kelihatan
seperti bakmi jawa, tauge atau kecambah, tahu, dan lontong ini merupakan penganan
yang enak dimakan, terutama saat lapar. Cara membuatnya mudah saja. Tauge dan bakmi
direbus secara bersamaan, lontong dipotong-potong kecil bersama tahu, setelah tauge
dan bakmi matang, langsung saja ditarung ke atas potongan lontong dan tahu. Baru
tambahkan bumbu, kerupuk gendar, kecap, dan bagi yang doyan pedas, tinggal diberi
ulekan lombok setan.
Dulunya, mie kopyok merupakan penganan
atau dianggap sebagai jajanan saja. Pada era tahun 70-80an, kebanyakan penjual mie
kopyok menjajakan dagangannya dengan cara dipikul berkeliling. Namun, semakin lama,
sekarang bisa ditemukan beberapa penjual mie kopyok yang menetap di salah satu tempat.
Selain itu, makanan ini yang dulunya makanan ringan sekarang bergeser menjadi makanan
utama yang disantap oleh masyarakat.
Harga seporsi mie kopyok bisa dibilang murah. Di pedagang
keliling, biasanya sepiring mie kopyok biasa dijual sekitar Rp 7000 – Rp 8000. Rekues
lontong 1, hanya menambah sekitar 1000-an. Rasanya pun mantap, antara manis dan
gurih.